Kamis, 14 April 2022

Dasar-Dasar Audit

Pengertian Audit

Audit adalah pengumpulan dan evaluasi bukti tentang informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi yang ada dengan kriteria yang telah ditetapkan.

 

Tujuan Audit

Tujuan audit sendiri adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajiban, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan, ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

 

Standar Audit

   •  Standar Umum

1.     Keahlian dan pelatihan teknis yang memadai

2.     Independensi dalam sikap mental

3.     Penggunaan kemahiran profesional dengan cermat dan seksama

   •  Standar Pekerjaan Lapangan

1.     Perencanaan dan supervisi audit

2.     Pemahaman yang memadai atas pengendalian intern

3.     Bukti audit kompeten yang cukup

  •  Standar Pelaporan

1.     Pernyataan tentang kesesuaian laporan keuangan dengan SAK

2.     Penyataan mengenai ketidakkonsistenan penerapan SAK

3.     Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan

4.     Pernyataan pendapat atas laporan keuangan secara keseluruhan

 

Opini Audit

Opini Audit merupakan pernyataan kewajaran dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha serta arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum.

1.   Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion)

Opini wajar tanpa pengecualian diberikan oleh auditor jika auditor tidak menemukan kesalahan yang material secara keseluruhan dari laporan keuangan dan laporan keuangan dibuat sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku (SAK).

2. Wajar Tanpa Pengecualian dengan Paragraf Penjelasan (Modified Unqualified Opinion)

Ketika auditor harus menambah suatu paragraf penjelasan dalam laporan auditnya. Keadaan ini terjadi bila ada keraguan atau kurang konsisten perusahaan dalam menerapkan prinsip atau standar akuntansi yang digunakan.

3.   Wajar dengan Pengecualian (Qualified Opinion)

Auditor setelah memperoleh bukti yang cukup dan tepat menyimpulkan bahwa kesalahan penyajian, baik secara individual maupun secara agregasi adalah material tetapi tidak pervasif terhadap laporan keuangan.

4.   Tidak Wajar (Adverse Opinion)

Auditor setelah melakukan pemeriksaan memperoleh bukti yang cukup dan tepat kemudian menyimpulkan bahwa ada kesalahan penyajian. Baik secara individual maupun secara agregasi adalah material dan pervasif terhadap laporan keuangan.

5.   Tidak Menyatakan Pendapat (Disclaimer of Opinion)

Auditor tidak memperoleh bukti yang cukup dan tepat untuk mendasari opini audit, dan auditor tidak menyimpulkan bahwa pengaruh kesalahan penyajian material yang tidak terdeteksi yang mungkin timbul terhadap laporan keuangan, jika ada, dapat bersifat material dan pervasif.


Jenis-Jenis Audit

1.   Audit Operasional (Asersi: Data operasional atau kinerja)

Untuk mengetahui efisiensi dan efektivitas dari kegiatan-kegiatan operasional perusahaan. Contoh: Mengevaluasi tingkat kehadiran karyawan atau kinerja.

2. Audit Kepatuhan (Asersi: Klaim atau data berkenaan dengan kepatuhan kepada kebijakan, perundangan, peraturan dan lain-lain.

Untuk mengetahui serta mengevaluasi apakah perusahaan telah memenuhi standar maupun ketentuan-ketentuan yang berlaku. Contoh: Aturan pemerintah terkait pemberian gaji UMR.

3.   Audit Laporan Keuangan (Laporan Keuangan)

Untuk menilai laporan keuangan yang telah disajikan oleh perusahaan swasta maupun instansi pemerintahan sehingga menghasilkan opini yang benar-benar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku.

 

Asersi

Asersi adalah Pernyataan manajemen yang terkandung pada laporan keuangan. Pernyataan ini bersifat implisit dan eksplisit. Serta digunakan oleh auditor untuk memperhatikan berbagai salah saji dalam laporan keuangan yang mungkin terjadi. Eksplisit adalah penyampaian secara langsung sehingga makna dan isinya dapat diketahui sedangkan implisit adalah penyampaian secara tidak langsung dimana maksud dan isinya terkesan tidak jelas. Asersi eksplisit, yaitu kas benar-benar ada serta jumlah kas yang benar. Sedangkan asersi implisit, yaitu semua kas yang harus dilaporkan sudah dimasukkan, semua kas yang dilaporkan adalah hak milik satuan usaha.

 

Terdapat 5 golongan asersi-asersi pada laporan keuangan, yaitu:

  1. Keberadaan atau Keterjadian (existence or occurance)

  2. Kelengkapan (completeness)

  3. Hak & Kewajiban (right & obligation)

  4. Penilaian (valuation) atau Pengalokasian (allocation)

  5. Penyajian & Pengungkapan (presentation & disclosure)

 

Berikut beberapa contoh dari asersi:

 1. Semua aset dalam laporan keuangan benar-benar ada (exist)

 2. Semua transaksi penjualan telah dicatat dalam periode terjadinya

 3. Persediaan dicantumkan dengan nilai yang tepat

 4. Utang merupakan kewajiban entitas

 5. Semua transaksi yang dicatat, terjadi dalam periode berjalan

 6. Semua jumlah (amounts) disajikan dengan tepat (properly presented) dan diungkapkan (dengan penjelasan yang memadai) dalam laporan keuangan.


Bukti Audit

Bukti audit adalah serangkaian informasi yang dikumpulkan dan dievaluasi oleh auditor dalam memutuskan apakah laporan keuangan perusahaan telah disajikan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku. Bukti audit terdiri dari: Data akuntansi dan semua informasi penguat (dalam bentuk soft copy maupun hard copy).

 · Data Akuntansi, mencakup: Buku Jurnal, Buku Besar dan Buku Pembantu, Buku Pedoman Akuntansi, Memorandum dan catatan tidak resmi, dan lain-lain.

 · Informasi Penguat, mencakup: Dokumen (cek, faktur, notulen rapat, surat kontrak), Konfirmasi & pernyataan tertulis dari pihak yang mengetahui, Informasi dari hasil wawancara, dan Informasi lain.


Materialitas

Besarnya nilai yang jika dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi dapat mengakibatkan perubahan keputusan atau berpengaruh terhadap pertimbangan orang yang menggunakan informasi tersebut. Dalam perencanaan suatu audit, auditor menetapkan dua macam materialitas, yaitu:

1.  Materialitas pada tingkat laporan keuangan

Laporan keuangan dipandang mengandung salah saji material jika terdapat:

        5 - 10% dari laba sebelum pajak

        0,5 - 1% dari total aktiva

        1% dari total passiva

        0,5 - 1% dari pendapatan bruto

2. Materialitas pada tingkat saldo akun, merupakan salah saji minimum yang mungkin terdapat dalam saldo akun yang salah saji material.

 

Materialitas berhubungan dengan bukti audit, semakin rendah tingkat materialitas, semakin besar jumlah bukti yang diperlukan.


Risiko Audit

Resiko yang terjadi dalam hal auditor tidak menyadari atau tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana seharusnya, atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji material. Risiko dari kesalahan auditor dalam memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangan yang salah saji secara material. Hal ini dapat menimbulkan kerugian, baik bagi auditor itu sendiri maupun pihak lain akibat kesalahan dalam proses audit.

Tidak ada komentar: