A. Jenis Bisnis
Bisnis merujuk
pada kegiatan ekonomi di mana individu atau kelompok terlibat dalam pembelian,
penjualan, atau produksi barang atau jasa dengan tujuan memperoleh keuntungan. Keberhasilan
suatu bisnis saat ini tak terlepas dari bagaimana suatu perusahaan mampu
beradaptasi dengan perubahan-perubahan, memahami pelanggan mereka dengan baik,
dan menggunakan teknologi dengan bijak untuk meningkatkan efisiensi dan
memperbaiki pengalaman pelanggan. Bisnis yang berorientasi pada inovasi,
keberlanjutan, dan pelayanan pelanggan akan terus berkembang di lingkungan
bisnis yang terus berubah ini. Berdasarkan kegiatan usahanya, jenis bisnis
terdiri dari:
1.
Bisnis Jasa
Bisnis jasa adalah jenis bisnis yang berfokus pada penyediaan layanan atau pelayanan kepada pelanggan. Contohnya: Perbankan, asuransi, rumah sakit, pendidikan, jasa konsultansi.
2.
Bisnis Dagang
Bisnis dagang melibatkan pembelian
dan penjualan barang atau produk kepada pelanggan.. Contohnya: Toko ritel,
supermarket, e-commerce, pasar tradisional.
3.
Bisnis
Manufaktur
Bisnis manufaktur adalah bisnis
yang kegiatan utamanya mengolah bahan baku menjadi produk jadi atau setengah
jadi. Pabrik mobil, pabrik tekstil, pabrik elektronik.
4.
Bisnis Agraris
Bisnis agraris melibatkan produksi
dan penjualan hasil pertanian, hewan ternak, dan produk-produk pertanian.
Contohnya: Petani, peternak, agribisnis.
5.
Bisnis
Ekstraktif
Bisnis ekstraktif adalah bisnis yang kegiatan utamanya mengambil langsung sesuatu dari alam yang telah tersedia, contohnya adalah pertambangan.
Bisnis dapat
dimiliki dalam berbagai bentuk kepemilikan, yang berbeda dalam struktur,
tanggung jawab hukum, dan cara pembagian keuntungan. Berikut adalah beberapa
bentuk kepemilikan bisnis:
1.
Kepemilikan
Individu:
Usaha Perseorangan (Sole
Proprietorship): Bisnis dimiliki dan dijalankan oleh satu orang. Pemilik
bertanggung jawab atas semua keputusan dan keuangan bisnis dan memiliki
tanggung jawab pribadi terhadap hutang-hutang bisnis.
2.
Kepemilikan
Bersama:
a. Persekutuan (Partnership):
Bisnis dimiliki oleh dua atau lebih orang yang berbagi tanggung jawab dan
keuntungan. Pasangan memiliki tanggung jawab pribadi terhadap hutang-hutang
bisnis.
b. Persekutuan
Terbatas (Limited Partnership): Terdiri dari mitra umum (yang memiliki
tanggung jawab penuh) dan mitra terbatas (yang hanya bertanggung jawab atas
investasi yang mereka kontribusikan).
c. Persekutuan
Bersama (General Partnership): Semua mitra memiliki tanggung jawab penuh
atas keputusan dan hutang bisnis.
3.
Kepemilikan
Korporasi:
a. Perseroan
Terbatas (Corporation): Bisnis yang terpisah secara hukum dari pemiliknya.
Pemilik memiliki saham dan tidak bertanggung jawab atas hutang-hutang bisnis.
Terdapat dua jenis perseroan terbatas: perseroan terbatas (limited liability
company/LLC) dan perseroan terbatas (limited liability partnership/LLP).
b. Perseroan
Tertutup (Private Limited Company): Terbatas secara tanggung jawab dengan
jumlah pemegang saham yang terbatas dan saham biasa tidak dapat diperdagangkan
di bursa saham terbuka.
c. Perseroan
Terbuka (Public Limited Company): Saham perusahaan dapat diperdagangkan di
bursa saham terbuka dan memiliki pemegang saham yang lebih banyak daripada
perseroan tertutup.
4.
Kepemilikan
Koperasi:
Koperasi (Cooperative): Bisnis dimiliki
oleh anggota-anggota yang menggunakan layanan atau produk koperasi. Keuntungan
dibagi di antara anggota-anggota koperasi berdasarkan kontribusi mereka
terhadap koperasi.
5.
Kepemilikan
Gabungan:
Perusahaan Gabungan (Joint
Venture): Bisnis dimiliki oleh dua atau lebih perusahaan yang bekerja sama
dalam proyek atau usaha tertentu. Mereka berbagi risiko dan keuntungan.
6.
Kepemilikan
Franchise:
Franchise: Pemilik bisnis (franchisor) memberi hak kepada individu atau perusahaan (franchisee) untuk menggunakan nama, merek dagang, dan bisnis model mereka dengan imbalan biaya dan royalti.
Pemilihan bentuk kepemilikan bisnis sangat penting karena mempengaruhi struktur permodalan, pajak, tanggung jawab hukum, dan pengaturan operasional. Keputusan tentang bentuk kepemilikan harus mempertimbangkan tujuan bisnis, jumlah modal yang tersedia, risiko, dan peraturan hukum yang berlaku. Sebelum membuat keputusan, sebaiknya konsultasikan dengan ahli hukum atau konsultan bisnis untuk memahami implikasi dari setiap bentuk kepemilikan.
B.
Peran
Akuntansi dalam Bisnis
Akuntansi
memainkan peran kunci dalam berbagai aspek bisnis. Berikut adalah beberapa
peran utama akuntansi dalam konteks bisnis:
1.
Pemantauan
Keuangan:
· Pencatatan
Transaksi: Akuntansi membantu dalam mencatat semua transaksi keuangan
perusahaan, termasuk pembelian, penjualan, dan pembayaran, yang memungkinkan
pemantauan yang akurat atas arus kas.
· Rekonsiliasi
Bank: Akuntansi membantu memastikan bahwa buku bank dan catatan perusahaan
sejalan, mengidentifikasi perbedaan dan memperbaiki kesalahan jika ada.
2.
Perencanaan
dan Pengendalian Keuangan:
· Anggaran dan
Peramalan: Membantu dalam merencanakan anggaran dan meramalkan pendapatan serta
biaya masa depan, membimbing perusahaan dalam pengambilan keputusan keuangan.
· Analisis Varians:
Mengidentifikasi perbedaan antara anggaran dan hasil aktual, membantu manajemen
memahami penyebabnya dan mengambil tindakan yang sesuai.
3.
Pelaporan
Keuangan:
· Laporan
Keuangan: Membuat laporan keuangan seperti neraca, laporan laba rugi, dan
laporan arus kas yang memberikan gambaran tentang kesehatan finansial
perusahaan kepada pemegang saham, investor, dan pihak-pihak yang
berkepentingan.
· Laporan Pajak:
Menyiapkan laporan pajak yang memastikan perusahaan mematuhi peraturan pajak
yang berlaku.
4.
Evaluasi
Kinerja:
· Analisis
Keuangan: Menganalisis rasio keuangan dan tren bisnis untuk menilai kinerja
perusahaan dan mengidentifikasi area-area yang memerlukan perbaikan.
· Evaluasi
Proyek dan Investasi: Membantu dalam menilai proyek-proyek baru dan investasi
dengan cara menghitung ROI (Return on Investment) dan NPV (Net Present Value).
5.
Kepatuhan
Hukum dan Regulasi:
· Kepatuhan
Pajak: Memastikan perusahaan mematuhi semua kewajiban pajak dan melaporkan
dengan benar kepada otoritas pajak.
· Kepatuhan
Standar Akuntansi: Memastikan perusahaan mengikuti standar akuntansi yang
berlaku, seperti Generally Accepted Accounting Principles (GAAP) di Amerika
Serikat.
6.
Pengambilan
Keputusan Strategis:
· Perencanaan
Strategis: Membantu manajemen dalam merencanakan strategi jangka panjang dengan
memberikan data dan analisis keuangan yang relevan.
· Penilaian
Investasi: Membantu dalam menilai berbagai opsi investasi dan memilih yang
paling menguntungkan dan berkelanjutan untuk perusahaan.
7.
Perlindungan
Aset:
· Manajemen
Aset: Melacak aset perusahaan seperti inventaris, properti, dan piutang,
membantu dalam mengelola dan melindungi aset tersebut.
8.
Pengendalian
Risiko:
· Manajemen
Risiko Keuangan: Membantu dalam mengidentifikasi risiko keuangan dan
mengembangkan strategi untuk mengelolanya.
· Audit
Internal: Melakukan audit internal untuk memastikan bahwa prosedur internal dan
kontrol keuangan berfungsi dengan baik dan sesuai dengan kebijakan perusahaan.
9.
Kepuasan
Pelanggan:
· Pengelolaan Tagihan dan Pembayaran: Memastikan bahwa proses penagihan dan pembayaran kepada pelanggan berjalan lancar, meningkatkan kepuasan pelanggan.
Dengan
mengambil peran tersebut, akuntansi membantu perusahaan untuk mengelola
keuangan mereka secara efisien, membuat keputusan yang informasional dan
cerdas, serta mematuhi semua regulasi yang berlaku. Akuntansi merupakan
landasan bagi keberlanjutan dan pertumbuhan bisnis yang sukses.
Sejumlah ahli telah memberikan definisi tentang akuntansi
berdasarkan pengalaman dan pemahaman mereka terhadap subjek ini. Berikut adalah
beberapa definisi akuntansi menurut para ahli:
·
American
Accounting Association (AAA):
“Akuntansi adalah suatu proses
mengidentifikasi, mengukur dan melaporkan informasi ekonomi untuk memungkinkan
adanya penilaian dan keputusan yang jelas serta tegas bagi pihak yang
menggunakan informasi tersebut.”
·
Kieso,
Weygand, dan Warfield (2015: 4):
“Akuntansi adalah sistem informasi
yang mengidentifikasi, mencatat, dan mengomunikasikan peristiwa ekonomi kepada
pihak yang berkepentingan.”
·
Menurut James
M. Reeve (2013: 9):
“Akuntansi dapat diartikan sebagai sistem informasi yang menyediakan laporan untuk para pemangku kepentingan mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi perusahaan.”
Definisi-definisi
ini menyoroti esensi akuntansi sebagai sistem informasi yang memberikan
pemahaman tentang keuangan dan kinerja ekonomi suatu organisasi kepada para
pemangku kepentingan, termasuk manajemen, investor, pemerintah, dan masyarakat
umum. Akuntansi membantu dalam pengambilan keputusan bisnis, pengukuran
kinerja, serta memastikan kepatuhan terhadap standar dan regulasi keuangan.
C.
Bidang-Bidang
Akuntansi
Bidang
akuntansi mencakup sejumlah konsep, prinsip, dan metode yang digunakan untuk
mencatat, mengklasifikasikan, mengukur, menganalisis, menginterpretasi, dan
menyajikan informasi keuangan tentang suatu entitas. Akuntansi memiliki banyak
bidang, bukan hanya Akuntansi Keuangan, melainkan juga ada Pemeriksaan
Akuntansi, , Akuntansi Pemerintahan, Akuntansi Syariah, Akuntansi Pendidik,
Penganggaran, dan Sistem Informasi Akuntansi. Berikut adalah beberapa bidang
utama dalam akuntansi:
1.
Akuntansi
Keuangan (Financial Accounting)
Ini adalah bidang akuntansi yang
berkaitan dengan pencatatan, pengukuran, dan pelaporan keuangan suatu
perusahaan. Tujuan utamanya adalah untuk menghasilkan laporan keuangan yang
akurat seperti neraca, laporan laba rugi, dan laporan arus kas. Laporan
keuangan ini digunakan oleh pihak eksternal seperti investor, kreditur, dan
pemegang saham untuk menilai kesehatan keuangan perusahaan.
2.
Akuntansi
Manajemen (Management Accounting)
Fokus pada penggunaan informasi
akuntansi untuk pengambilan keputusan internal dalam perusahaan. Membantu
manajemen dalam perencanaan anggaran, analisis biaya, evaluasi kinerja, dan
penetapan harga produk atau layanan. Informasi akuntansi manajemen membantu
manajemen dalam mengelola operasi sehari-hari dan merumuskan strategi bisnis.
3.
Akuntansi
Biaya (Cost Accounting)
Berfokus pada pengukuran dan
analisis biaya produksi barang atau layanan. Berguna untuk menentukan biaya
produksi unit, menghitung margin keuntungan, dan membuat keputusan terkait
pengendalian biaya.
4.
Akuntansi
Pajak (Tax Accounting)
Terkait dengan pengelolaan dan
pelaporan kewajiban pajak perusahaan. Memastikan bahwa perusahaan memenuhi
semua kewajiban pajak yang berlaku dan mengoptimalkan kebijakan pajak yang
menguntungkan.
5.
Akuntansi
Forensik (Forensic Accounting)
Terlibat dalam penyelidikan dan
analisis transaksi keuangan yang mencurigakan atau terlibat dalam kasus
penipuan atau pelanggaran hukum. Berguna dalam menyelidiki kasus-kasus
kecurangan keuangan, perampokan, dan pelanggaran etika keuangan.
6.
Akuntansi
Sektor Publik (Public Sector Accounting)
Mengelola keuangan entitas sektor
publik seperti pemerintah, lembaga pemerintah, dan organisasi nirlaba. Tujuannya
adalah memastikan penggunaan dana publik yang efisien dan akuntabel.
7.
Akuntansi
Manajemen Sumber Daya Manusia (Human Resource Accounting)
Terkait dengan mengukur dan
mengelola aset manusia perusahaan seperti karyawan, pelatihan, dan pengembangan
sumber daya manusia. Berguna untuk mengukur kontribusi karyawan terhadap
kesuksesan perusahaan.
8.
Akuntansi
Lingkungan (Environmental Accounting)
Mencatat dan melaporkan dampak
lingkungan dari aktivitas bisnis. Mengukur biaya dan manfaat praktik bisnis
yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.
9.
Akuntansi
Syariah (Islamic Accounting)
Sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam, termasuk larangan riba dan investasi dalam bisnis yang melanggar etika Islam.
Setiap bidang
akuntansi memiliki peran penting dalam memastikan bahwa entitas bisnis
beroperasi secara efisien, transparan, dan sesuai dengan regulasi yang berlaku.
Para akuntan juga dapat memilih untuk mengkhususkan diri dalam salah satu atau
beberapa bidang tersebut berdasarkan minat dan keahlian mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar