1.
Pemerintahan
Orde Lama (1945 – 1966)
Orde Lama
yang dipimpin oleh Presiden Soekarno. Berkuasa dari tahun 1945 sampai tahun
1966. pada saat orde lama, pemerintahan Indonesia dibagi menjadi 3, sehingga
kebijakan ekonomi yang diambil pun berbeda-beda. Diantaranya:
A.
Pasca
Kemerdekaan (1945 - 1950)
Pada
awal kemerdekaan, perekonomian indonesia sangat kacau mulai dari inflasi yang
tidak terkendali ditambah kas negara yang kosong karena tidak adanya pajak dan
bea masuk menjadi salah satu penyebabnya.
Latar belakang keadaan
yang kacau tersebut disebabkan oleh :
· Indonesia yang baru saja merdeka belum
memiliki pemerintahan yang baik, dimana belum ada pejabat khusus yang bertugas
untuk menangani perekonomian Indonesia.
· Sebagai negara baru Indonesia belum
mempunyai pola dan cara untuk mengatur ekonomi keuangan yang mantap.
· Peninggalan pemerintah pendudukan Jepang
dimana ekonomi saat pendudukan Jepang memang sudah buruk akibat pengeluaran
pembiayaan perang Jepang. Membuat pemerintah baru Indonesia agak sulit untuk
bangkit dari keterpurukan.
· Kondisi keamanan dalam negeri sendiri
tidak stabil akibat sering terjadinya pergantian kabinet, dimana hal tersebut
mendukung ketidakstabilan ekonomi.
· Politik keuangan yang berlaku di
Indonesia dibuat di negara Belanda guna menekan pertumbuhan ekonomi Indonesia
bahkan untuk menghancurkan ekonomi nasional.
· Belanda masih tetap tidak mau mengakui
kemerdekaan Indonesia dan masih terus melakukan pergolakan politik yang
menghambat langkah kebijakan pemerintah dalam bidang ekonomi.
Faktor- faktor penyebab kacaunya perekonomian
Indonesia 1945-1950 adalah sebagai berikut:
1)
Terjadi Inflasi yang sangat tinggi. Inflasi
tersebut dapat terjadi disebabakan karena:
· Beredarnya mata uang Jepang di
masyarakat dalam jumlah yang tak terkendali (pada bulan Agustus 1945 mencapai
1,6 Milyar yang beredar di Jawa sedangkan secara umum uang yang beredar di
masyarakat mencapai 4 milyar).
· Beredarnya mata uang cadangan yang
dikeluarkan oleh pasukan Sekutu dari bank-bank yang berhasil dikuasainya untuk
biaya operasi dan gaji pegawai yang jumlahnya mencapai 2,3 milyar.
· Republik Indonesia sendiri belum
memiliki mata uang sendiri sehingga pemerintah tidak dapat menyatakan bahwa
mata uang pendudukan Jepang tidak berlaku. Pemerintah Indonesia yang baru saja
berdiri tidak mampu mengendalikan dan menghentikan peredaran mata uang Jepang
tersebut sebab Indonesia belum memiliki mata uang baru sebagai penggantinya.
Pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk sementara waktu menyatakan ada 3 mata
uang yang berlaku di wilayah RI, yaitu:
-
Mata uang De Javasche Bank
-
Mata uang pemerintah Hindia Belanda
-
Mata uang pendudukan Jepang
2)
Adanya Blokade ekonomi dari Belanda.
Blokade
oleh Belanda ini dilakukan dengan menutup (memblokir) pintu keluar-masuk
perdagangan RI terutama melalui jalur laut dan pelabuhan-pelabuhan penting.
Blokade ini dilakukan mulai bulan November 1945. Dengan adanya blokade tersebut
menyebabkan:
· Barang-barang ekspor RI terlambat
terkirim.
· Barang-barang dagangan milik Indonesia
tidak dapat di ekspor bahkan banyak barang-barang ekspor Indonesia yang dibumi
hanguskan.
· Indonesia kekurangan barang-barang
import yang sangat dibutuhkan.
· Inflasi semakin tak terkendali sehingga
rakyat menjadi gelisah.
Tujuan/harapan Belanda
dengan blokade ini adalah :
·
Agar ekonomi Indonesia mengalami
kekacauan
·
Agar terjadi kerusuhan sosial karena
rakyat tidak percaya kepada pemerintah Indonesia, sehingga pemerintah Belanda
dapat dengan mudah mengembalikan eksistensinya.
·
Untuk menekan Indonesia dengan harapan
bisa dikuasai kembali oleh Belanda.
3)
Kekosongan kas Negara
Kas
Negara mengalami kekosongan karena pajak dan bea masuk lainnya belum ada
sementara pengeluaran negara semakin bertambah. Penghasilan pemerintah hanya
bergantung kepada produksi pertanian. Karena dukungan dari bidang pertanian
inilah pemerintah Indonesia masih bertahan, sekalipun keadaan ekonomi sangat
buruk.
Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan ekonomi, antara lain :
Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan ekonomi, antara lain :
-
Program Pinjaman Nasional dilaksanakan
oleh menteri keuangan IR. Surachman pada bulan Juli 1946. Salah satunya ke
provinsi terkaya saat itu yaitu Aceh.
-
Upaya menembus blockade dengan diplomasi
beras ke India (India merupakan Negara yang mengalami nasib yang sama dengan
Indonesia yaitu sama-sama pernah dijajah, Indonesia menawarkan bantuan berupa
padi sebanyak 500.000 ton dan India menyerahkan sejumlah obat-obatan kepada
Indonesia), mengadakan kontak dengan perusahaan swasta Amerika, dan menembus
blockade Belanda di Sumatera dengan tujuan ke Singapura dan Malaysia.
-
Konferensi Ekonomi Februari 1946 dengan
tujuan untuk memperoleh kesepakatan yang bulat dalam menanggulangi
masalah-masalah ekonomi yang mendesak, yaitu masalah produksi dan distribusi
makanan, masalah sandang, serta status dan administrasi perkebunan-perkebunan.
-
Pembentukan Planning Board (Badan
Perancang Ekonomi) 19 Januari 1947
Rekonstruksi dan Rasionalisasi Angkatan Perang (Rera) 1948, mengalihkan tenaga bekas angkatan perang ke bidang-bidang produktif.
Rekonstruksi dan Rasionalisasi Angkatan Perang (Rera) 1948, mengalihkan tenaga bekas angkatan perang ke bidang-bidang produktif.
-
Kasimo Plan yang intinya mengenai usaha
swasembada pangan dengan beberapa petunjuk pelaksanaan yang praktis. Dengan
swasembada pangan, diharapkan perekonomian akan membaik (mengikuti Mazhab
Fisiokrat: sektor pertanian merupakan sumber kekayaan).
B.
Masa
Liberal
Permasalah
ekonomi yang dihadai oleh bangsa Indonesia masih sama seperti sebelumnya.
Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi masalah ekonomi, antara lain:
1.
Program Benteng (Kabinet Natsir), yaitu
upaya menumbuhkan wiraswastawan pribumi dan mendorong importir nasional agar
bisa bersaing dengan perusahaan impor asing dengan membatasi impor barang
tertentu dan memberikan lisensi impornya hanya pada importir pribumi serta
memberikan kredit pada perusahaan-perusahaan pribumi agar nantinya dapat
berpartisipasi dalam perkembangan ekonomi nasional. Namun usaha ini gagal, karena
sifat pengusaha pribumi yang cenderung konsumtif dan tak bisa bersaing dengan
pengusaha non-pribumi. Pada kabinet ini untuk pertama kalinya terumuskan suatu
perencanaan pembangunan yang disebut Rencana Urgensi Perekonomian (RUP).
2. Nasionalisasi
De Javasche Bank menjadi Bank Indonesia pada 15 Desember 1951 lewat UU no.24 th
1951 dengan fungsi sebagai bank sentral dan bank sirkulasi. (Kabinet Sukiman).
3. Sistem
ekonomi Ali (kabinet Ali Sastroamijoyo I) yang diprakarsai Mr Iskak
Cokrohadisuryo, yaitu penggalangan kerjasama antara pengusaha cina dan
pengusaha pribumi. Pengusaha non-pribumi diwajibkan memberikan latihan-latihan
pada pengusaha pribumi, dan pemerintah menyediakan kredit dan lisensi bagi
usaha-usaha swasta nasional. Program ini tidak berjalan dengan baik, karena
pengusaha pribumi kurang berpengalaman, sehingga hanya dijadikan alat untuk
mendapatkan bantuan kredit dari pemerintah. (Kabinet ini sangat melindungi
importer pribumi, sangat berkeinginan mengubah perekonomian dari struktur colonial
menjadi nasional).
4. Pembatalan
sepihak atas hasil-hasil Konferensi Meja Bundar, termasuk pembubaran Uni
Indonesia-Belanda. Akibatnya banyak pengusaha Belanda yang menjual
perusahaannya sedangkan pengusaha-pengusaha pribumi belum bisa mengambil alih
perusahaan-perusahaan tersebut.(Kabinet Burhanuddin).
5. Gunting
Syarifuddin. Kebijakan gunting syarifuddin adalah pemotongan nilai uang.
Tindakan keuangan ini dilakukan pada tanggal 20 maret 1950 dengan cara memotong
semua uang memotong semua uang yang bernilai Rp. 2,50 keatas hingga nilainya
tinggal setengahnya. Kebijakan keuangan ini dilakukan pada masa pemerintahan
RIS oleh menteri keuangan pada waktu itu Syarifuddin Prawiranegara.
6. Rencana
Pembangunan Lima tahun (RPLT). Pada masa kabinet Ali Sastroamijoyo II,
pemerintah membentuk Badan Perencanaan Pembangunan Nasional yang disebut Biro
Perancang Negara. Ir. Djuanda diangkat sebagai menteri perancang nasional. Pada
bulan Mei 1956, Biro ini berhasil menyusun Rencana Pembangunan Lima Tahun
(RPLT) yang rencananya akan dilaksanakan antara tahun 1956-1961. Rencana
Undang-Undang tentang rencana Pembangunan ini disetujui oleh DPR pada tanggal
11 November 1958. Pembiayaab RPLT ini diperkirakan mencapai Rp. 12,5 miliar.
C.
Masa
Demokrasi Terpimpin
Sebagai
akibat dari dekrit presiden 5 Juli 1959, maka Indonesia menjalankan sistem
demokrasi terpimpin dan struktur ekonomi Indonesia menjurus pada sistem
etatisme (segala-galanya diatur oleh pemerintah). Dengan sistem ini, diharapkan
akan membawa pada kemakmuran bersama dan persamaan dalam sosial, politik,dan
ekonomi. Akan tetapi, kebijakan-kebijakan ekonomi yang diambil pemerintah di
masa ini belum mampu memperbaiki keadaan ekonomi Indonesia, antara lain:
1.
Devaluasi yang diumumkan pada 25 Agustus
1959 menurunkan nilai uang: Uang kertas pecahan Rp 500 menjadi Rp 50, uang
kertas pecahan Rp 1000 menjadi Rp 100, dan semua simpanan di bank yang melebihi
25.000 dibekukan.
2.
Pembentukan Deklarasi Ekonomi (Dekon)
untuk mencapai tahap ekonomi sosialis Indonesia dengan cara terpimpin. Dalam
pelaksanaannya justru mengakibatkan stagnasi bagi perekonomian Indonesia.
Bahkan pada 1961-1962 harga barang-baranga naik 400%.
3.
Devaluasi yang dilakukan pada 13
Desember 1965 menjadikan uang senilai Rp 1000 menjadi Rp 1. Sehingga uang
rupiah baru mestinya dihargai 1000 kali lipat uang rupiah lama, tapi di
masyarakat uang rupiah baru hanya dihargai 10 kali lipat lebih tinggi. Maka
tindakan pemerintah untuk menekan angka inflasi ini malah meningkatkan angka
inflasi.
2.
Masa
Orde Baru (1966 - 1998)
Struktur
perekonomian Indonesia pada tahun 1950-1965 dalam keadaan kritis. Pada masa
Demokrasi Terpimpin, negara bersama aparat ekonominya mendominasi seluruh
kegiatan ekonomi sehingga mematikan potensi dan kreasi unit-unit ekonomi
swasta. Sehingga, pada permulaan Orde Baru program pemerintah berorientasi pada
usaha penyelamatan ekonomi nasional terutama pada usaha mengendalikan tingkat
inflasi, penyelamatan keuangan negara dan pengamanan kebutuhan pokok rakyat.
Tindakan
pemerintah ini dilakukan karena adanya kenaikan harga pada awal tahun 1966 yang
menunjukkan tingkat inflasi kurang lebih 650% setahun. Hal itu menjadi penyebab
kurang lancarnya program pembangunan yang telah direncanakan pemerintah. Secara
garis besar, upaya pemulihan struktur perekonomian dan pembangunan pada masa orde
baru, pemerintah menempuh cara sebagai berikut :
1)
Stabilisasi dan Rehabilitasi Ekonomi.
Yang dimaksud dengan stabilisasi ekonomi berarti mengendalikan inflasi agar
harga barang-barang tidak melonjak terus. Dan rehabilitasi ekonomi adalah
perbaikan secara fisik sarana dan prasarana ekonomi. Hakikat dari kebijakan ini
adalah pembinaan sistem ekonomi berencana yang menjamin berlangsungnya
demokrasi ekonomi ke arah terwujudnya masyarakat adil dan makmur berdasarkan
Pancasila.
2)
Kerja Sama Luar Negeri.
3)
Pembangunan Nasional.
Tujuan
Pembangunan nasional adalah menciptakan masyarakat adil dan makmur yang merata
materiil dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Pelaksanaannya pembangunan nasional dilakukan secara bertahap yaitu :
-
Jangka panjang mencakup periode 25
sampai 30 tahun.
-
Jangka pendek mencakup periode 5 tahun
(Pelita/Pembangunan Lima Tahun), merupakan jabaran lebih rinci dari pembangunan
jangka panjang sehingga tiap pelita akan selalu saling berkaitan/berkesinambungan.
Pelaksanaan
Pembangunan Nasional yang dilaksanakan pemerintah Orde Baru berpedoman pada
Trilogi Pembangunan dan Delapan jalur Pemerataan. Inti dari kedua pedoman
tersebut adalah kesejahteraan bagi semua lapisan masyarakat dalam suasana
politik dan ekonomi yang stabil. Isi Trilogi Pembangunan adalah:
·
Pemerataan pembangunan dan
hasil-hasilnya menuju kepada terciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat.
·
Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi.
·
Stabilitas nasional yang sehat dan
dinamis.
Selama masa Orde Baru terdapat 6 Pelita,
yaitu:
1)
Pelita I (1 April 1969 hingga 31 Maret
1974)
-
Menitik beratkan pada sektor pertanian
dan industri yang mendukung sektor pertanian.
-
Tujuannya adalah untuk meningkatkan
taraf hidup rakyat dan sekaligus meletakkan dasar-dasar bagi pembangunan dalam
tahap berikutnya dengan sasaran dalam bidang Pangan, Sandang, Perbaikan
prasarana, perumahan rakyat, perluasan lapangan kerja, dan kesejahteraan
rohani.
2)
Pelita II (1 April 1974 hingga 31
Maret 1979)
-
Menitik beratkan pada sektor pertanian
dengan meningkatkan insdutri yang mengolah bahan mentah menjadi bahan baku.
-
Sasaran utamanya adalah tersedianya
pangan, sandang,perumahan, sarana dan prasarana, mensejahterakan rakyat dan
memperluas kesempatan kerja.
-
Pertumbuhan ekonomi rata-rata mencapai
7% per tahun. Pada awal pemerintahan Orde Baru laju inflasi mencapai 60% dan
pada akhir Pelita I laju inflasi turun menjadi 47%. Selanjutnya pada tahun
keempat Pelita II, inflasi turun menjadi 9,5%.
3)
Pelita III (1 April 1979 hingga 31 Maret
1984)
Menitikberatkan pada sektor
pertanian menuju swasembada pangan dan meningkatkan industri yang mengolah
bahan baku menjadi barang jadi.
4)
Pelita IV (1 April 1984 hingga 31 Maret
1989)
-
Titik beratnya adalah sektor pertanian
menuju swasembada pangan dan meningkatkan industri yang dapat menghasilkan
mesin industri sendiri.
-
Terjadi resesi pada awal tahun 1980 yang
berpengaruh terhadap perekonomian Indonesia. Pemerintah akhirnya mengeluarkan
kebijakan moneter dan fiskal sehingga kelangsungan pembangunan ekonomi dapat
dipertahankan.
5)
Pelita V (1 April 1989 hingga 31 Maret
1994)
-
Titik beratnya pada sektor pertanian dan
industri.
-
Indonesia memiki kondisi ekonomi yang
cukup baik dengan pertumbuhan ekonomi rata-rata 6,8 % per tahun.
6)
Pelita VI (1 April 1994 hingga 31
Maret 1999)
-
Titik beratnya masih pada pembangunan
pada sektor ekonomi yang berkaitan dengan industri dan pertanian serta
pembangunan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia sebagai pendukungnya.
-
Sektor ekonomi dipandang sebagai
penggerak utama pembangunan. Pembangunan nasional Indonesia dari pelita ke
pelita berikutnya terus mengalami peningkatan keberhasilan pembangunan.
-
Pada periode ini terjadi krisis moneter
yang melanda negara-negara Asia Tenggara termasuk Indonesia. Karena krisis
moneter dan peristiwa politik dalam negeri yang mengganggu perekonomian
menyebabkan rezim Orde Baru runtuh.
3.
Masa
Reformasi (1998 - Sekarang)
a.
Presiden
B.J.Habibie
Pada
tanggal 14 dan 15 Mei 1997, nilai tukar baht Thailand terhadap dolar AS
mengalami suatu goncangan hebat akibat para investor asing mengambil keputusan
‘jual’ karena mereka para investor asing tidak percaya lagi terhadap prospek
perekonomian negara tersebut, paling tidak untuk jangka pendek. Pemerintan
Thailand meminta bantuan IMF. Pengumuman itu mendepresiasikan nilai baht
sekitar 15% hingga 20% hingga mencapai nilai terendah, yakni 28,20 baht per
dolar AS.
Apa
yang terjadi di Thailand akhirnya merebet ke Indonesia dan beberapa negara Asia
lainnya. Rupiah Indonesia mulai merendah sekitar pada bulan Juli 1997, dari Rp
2.500 menjadi Rp 2.950 per dolar AS. Nilai rupiah dalam dolar mulai tertekan
terus dan pada tanggal 13 Agustus 1997 rupiah mencapai rekor terendah, yakni Rp
2.682 per dolar AS sebelum akhirnya ditutup Rp 2.655 per dolar AS. Pada tahun
1998, antara bulan Januaru-Februari sempat menembus Rp 11.000 per dolar AS dan
pada bulan Maret nilai rupiah mencapai Rp 10.550 untuk satu dolar AS.
Keadaan sistem ekonomi Indonesia pada masa pemerintahan transisi memiliki karakteristik sebagai berikut:
Keadaan sistem ekonomi Indonesia pada masa pemerintahan transisi memiliki karakteristik sebagai berikut:
·
Kegoncangan terhadap rupiah terjadi pada
pertengahan 1997, pada saat itu dari Rp 2500 menjadi Rp 2650 per dollar AS.
Sejak masa itu keadaan rupiah menjadi tidak stabil.
·
Krisis rupiah akhirnya menjadi semakin
parah dan menjadi krisis ekonomi yang kemudian memuncuilkan krisis politik
terbesar sepanjang sejarah Indonesia.
·
Pada awal pemerintahan yang dipimpin
oleh Habibie disebut pemerintahan reformasi. Namun, ternyata pemerintahan baru
ini tidak jauh berbeda dengan sebelumnya, sehingga kalangan masyarakat lebih
suka menyebutnya sebagai masa transisi karena KKN semakin menjadi, banyak
kerusuhan.
Yang
dilakukan habibie untuk memperbaiki perekonomian indonesia:
1) Merekapitulasi
perbankan dan menerapkan independensi Bank Indonesia agar lebih fokus mengurusi
perekonomian.
Bank Indonesia
adalah lembaga negara yang independent berdasarkan UU No. 30 Tahun 1999 Tentang
Bank Indonesia. Dalam rangka mencapai tujuan untuk mencapai dan memelihara
kestabilan nilai rupiah, Bank Indonesia didukung oleh 3 (tiga) pilar yang
merupakan 3 (tiga) bidang utama tugas Bank Indonesia yaitu :
-
Menetapkan dan melaksanakan
kebijaksanaan moneter
-
Mengatur dan menjaga kelancaran sistem
pembayaran
-
Mengatur dan mengawasi Bank
2) Melikuidasi
beberapa bank bermasalah.
Likuiditas
adalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Pengertian lain adalah kemampuan seseorang atau perusahaan untuk memenuhi
kewajiban atau utang yang segera harus dibayar dengan harta lancarnya.
Banyaknya utang perusahaan swasta yang jatuh tempo dan tak mampu membayarnya
dan pada akhirnya pemerintah mengambil alih bank-bank yang bermasalah dengan
tujuan menjaga kestabilan ekonomi Indonesia yang pada masa itu masih rapuh.
3) Menaikan
nilai tukar rupiah
Selama lima
bulan pertama tahun 1998, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS berfluktuasi.
Selama triwulan pertama, nilai tukar rupiah rata-rata mencapai sekitar Rp9200,-
dan selanjutnya menurun menjadi sekitar Rp8000 dalam bulan April hingga
pertengahan Mei. Nilai tukar rupiah cenderung di atas Rp10.000,- sejak minggu
ketiga bulan Mei. Kecenderungan meningkatnya nilai tukar rupiah sejak bulan Mei
1998 terkait dengan kondisi sosial politik yang bergejolak. nilai tukar rupiah
menguat hingga Rp. 6500 per dollar AS di akhir masa pemerintahnnya.
4) Mengimplementasikan
reformasi ekonomi yang diisyaratkan oleh IMF.
b.
Presiden
Abdurahman wahid
Dibandingkan
dengan tahun sebelumnya, kondisi perekonomian Indonesia mulai mengarah pada
perbaikan, di antaranya pertumbuhan PDB yang mulai positif, laju inflasi dan
tingkat suku bunga yang rendah, sehingga kondisi moneter dalam negeri juga
sudah mulai stabil.
Hubungan
pemerintah dibawah pimpinan Abdurahman Wahid dengan IMF juga kurang baik, yang
dikarenakan masalah, seperti Amandemen UU No.23 tahun 1999 mengenai bank
Indonesia, penerapan otonomi daerah (kebebasan daerah untuk pinjam uang dari
luar negeri) dan revisi APBN 2001 yang terus tertunda.
Politik
dan sosial yang tidak stabil semakin parah yang membuat investor asing menjadi
enggan untuk menanamkan modal di Indonesia. Makin rumitnya persoalan ekonomi
ditandai lagi dengan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang
cenderung negatif, bahkan merosot hingga 300 poin, dikarenakan lebih banyaknya
kegiatan penjualan daripada kegiatan pembelian dalam perdagangan saham di dalam
negeri.
Pada
masa kepemimpinan presiden Abdurrahman Wahid pun, belum ada tindakan yang cukup
berarti untuk menyelamatkan negara dari keterpurukan. Padahal, ada berbagai
persoalan ekonomi yang diwariskan orde baru harus dihadapi, antara lain masalah
KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme), pemulihan ekonomi, kinerja BUMN,
pengendalian inflasi, dan mempertahankan kurs rupiah. Malah presiden terlibat
skandal Bruneigate yang menjatuhkan kredibilitasnya di mata masyarakat.
c.
Presiden
Megawati Soekarnoputri
Kebijakan-kebijakan
yang ditempuh untuk mengatasi persoalan-persoalan ekonomi antara lain:
1)
Meminta penundaan pembayaran utang sebesar US$
5,8 milyar pada pertemuan Paris Club ke-3 dan mengalokasikan pembayaran utang
luar negeri sebesar Rp 116.3 triliun.
2)
Kebijakan privatisasi BUMN. Privatisasi
adalah menjual perusahaan negara di dalam periode krisis dengan tujuan
melindungi perusahaan negara dari intervensi kekuatan-kekuatan politik dan
mengurangi beban negara. Hasil penjualan itu berhasil menaikkan pertumbuhan
ekonomi Indonesia menjadi 4,1 %. Namun kebijakan ini memicu banyak kontroversi,
karena BUMN yang diprivatisasi dijual ke perusahaan asing.
3)
Di masa ini juga direalisasikan
berdirinya KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi), tetapi belum ada gebrakan
konkrit dalam pemberantasan korupsi. Padahal keberadaan korupsi membuat banyak
investor berpikir dua kali untuk menanamkan modal di Indonesia, dan mengganggu
jalannya pembangunan nasional.
d. Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono
Pada
pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) kebijakan yang dilakukan adalah
mengurangi subsidi Negara Indonesia atau menaikkan harga Bahan Bahan Minyak
(BBM), kebijakan bantuan langsung tunai kepada rakyat miskin akan tetapi
bantuan tersebut di berhentikan sampai pada tangan rakyat atau masyarakat yang
membutuhkan, kebijakan menyalurkan bantuan dana BOS kepada sarana pendidikan
yang ada di Negara Indonesia. Akan tetapi pada pemerintahan SBY dalam
perekonomian Indonesia terdapat masalah dalam kasus bank century yang sampai
saat ini belum terselesaikan bahkan sampai mengeluarkan biaya 93 miliar untuk
menyelesaikan kasus bank century ini.
Kondisi
perekonomian pada masa pemerintahan SBY mengalami perkembangan yang sangat
baik. Pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh pesat di tahun 2010 seiring
pemulihan ekonomi dunia pasca krisis global yang terjadi sepanjang 2008 hingga
2009.Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat
mencapai 5,5-6 persen pada 2010 dan meningkat menjadi 6 - 6,5 persen pada 2011.
Dengan demikian, prospek ekonomi Indonesia akan lebih baik dari perkiraan
semula.
Sementara
itu, pemulihan ekonomi global berdampak positif terhadap perkembangan sektor
eksternal perekonomian Indonesia. Kinerja ekspor nonmigas Indonesia yang pada
triwulan IV - 2009 mencatat pertumbuhan cukup tinggi yakni mencapai sekitar 17%
dan masih berlanjut pada Januari 2010. Salah satu penyebab utama kesuksesan
perekonomian Indonesia adalah efektifnya kebijakan pemerintah yang berfokus
pada disiplin fiskal yang tinggi dan pengurangan utang negara. Masalah-masalah
besar lain pun masih tetap ada. Pertama, pertumbuhan makro ekonomi yang pesat
belum menyentuh seluruh lapisan masyarakat secara menyeluruh. Walaupun Jakarta
identik dengan vitalitas ekonominya yang tinggi dan kota-kota besar lain di
Indonesia memiliki pertumbuhan ekonomi yang pesat, masih banyak warga Indonesia
yang hidup di bawah garis kemiskinan.
e.
Presiden
Joko Widodo
Demonstrasi dan protes meruak ke arah Jokowi, sebagian
besar pendemo malah mendesaknya pulang ke Solo karena gagal dan memalukan warga
Solo. Indonesia dibayangi krisis ekonomi warisan eras SBY, dan
suasananya mirip menjelang krisis moneter 1997, utang swasta saat ini
kebanyakan berjangka pendek dan tanpa lindung nilai. Banyak pula dari utang
tersebut dipakai membiayai proyek jangka panjang. Para oligarki kelilingi
Jokowi. Sampai menjelang krismon 1997, kinerja lembaga-lembaga keuangan
Indonesia sangat kinclong. Asetnya melejit sangat cepat, demikian pula
keuntungannya. Para konglomerat pemilik bank pun tampak sangat percaya diri
dalam melakukan ekspansi bisnis di segala sektor.
Ketika itu Indonesia seolah tinggal selangkah menjadi
negara makmur. Tapi semua itu mulai berantakan pada Agustus 1997, ketika rupiah
mulai terjun bebas terhadap dollar AS. Kredit macet dan harga-harga barang
langsung melambung. Rakyat pun mengamuk. Demikian hebatnya amuk rakyat ketika
itu, tentara yang biasanya sangat ampuh menghadapi kerusuhan tak berdaya.
Akhirnya, ketika kobaran api dan kematian makin merebak di berbagai kota,
Suharto menyatakan mundur sebagai Presiden RI pada 21 Mei 1998.
Mirip menjelang Krismon 1997, data BI sampai awal 2015
menunjukkan utang luar negeri swasta lebih besar ketimbang pemerintah, yaitu
US$ 192 miliar berbanding US$ 136 miliar. Sama seperti dulu, kebanyakan utang
swasta, menurut data BI sekarang, bersifat jangka pendek dan tanpa
lindung-nilai.Celakanya, tak sedikit dari utang Valas tersebut dipakai untuk
membiayai proyek-proyek berjangka menengah atau panjang. Lebih mengkhawatirkan
lagi, hasil dari proyek-proyek tersebut berbentuk rupiah. Salah satu paling
berisiko adalah proyek-properti yang belakangan ini menjamur dimana-mana. Hal
ini tampak kasatmata dari pembangunan perumahan, mal, superblock, dan
sebagainya.Maka, seperti 1997, bila nanti rupiah jeblok berkelanjutan, kredit
macet bakal melesat dan banyak proyek berhenti di tengah jalan. PHK massal pun
tak terelakkan! Bisa dipastikan, lembaga-lembaga akan mengalami kerugian besar
bahkan bisa bangkrut lantaran tak sanggup menanggung kredit macet. Dan
pemerintah pun dihadapkan pada dua pilihan: mengambil langkah penyelamatan
dengan menalangi kredit macet para kreditor, atau membiarkan kebangkrutan
terjadi. Sejak kasus Bank Century, kedua pilihan mengandung resiko berat.
Seperti kasus Bank Century, menyelamatkan bisa membuat para pengambil keputusan
menjadi bulan-bulanan para politisi, bahkan bisa masuk penjara. Bila memilih
keputusan kedua, pada titik ekstrim, dunia keuangan bisa mengalami kebangkrutan
massal atau jatuh sepenuhnya ke tangan asing.
Berdasarkan kasus Bank Century itulah, Ketua umum
Perhimpunan Bank-bank Umum Nasional (Perbanas) Sigit Pramono, telah berulang
kali mengingatkan bahwa UU Jaring Pengaman Sistem Keuangan (JPSK) harus segera
dibuat. Tanpa JPSK, menurut Sigit, ketika terjadi krisis keuangan tak ada
pejabat yang berani mengambil keputusan karena takut diadili secara politis dan
pidana. Sigit berharap agar UU JPSK mengatur tentang definisi krisis, siapa
yang berhak menentukan telah terjadi krisis, dan apa yang bisa dilakukan oleh
Kementerian Keuangan, Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), atau
Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Tapi Sigit tentu juga harus realistis bahwa
sekarang ini segala sesuatu bisa dijungkirbalikkan, termasuk pasal-pasal hukum
yang tersurat. Kini secara umum lembaga keuangan, baik bank maupun yang
non-bank, masih dalam kondisi sehat. Hanya saja, sejumlah isyarat bahaya sudah
bermunculan. Salah satunyanya adalah anjloknya laba bank-bank swasta papan atas
pada 2014. Laba perbankan swasta dalam Top 10 bank terbesar di Indonesia, tahun
lalu turun 7,06% dari Rp 28,12 triliun menjadi Rp 26,13 triliun.
Hanya dua bank swasta yang tahun lalu mengalami
kenaikan laba, yaitu BCA dengan perolehan Rp 16,49 triliun atau naik 15,7% dari
Rp 14,25 triliun; dan Bank Panin dengan pertumbuhan laba 4,42% dari Rp 2,26
triliun menjadi Rp 2,36 triliun. Bank swasta lainnya, yaitu CIMB Niaga labanya
anjlok 59,13% menjadi Rp 2,34 triliun di akhir 2014; Bank Danamon rontok 36%
menjadi Rp 2,6 triliun; BII ambles 65% menjadi Rp 752 miliar; dan Bank Permata
turun 8,77% menjadi Rp 1,59 triliun. Dalam Top 10 bank terbesar di Indonesia itu,
bank-Bank BUMN memang masih mencetak pertumbuhan laba. Total laba yang
dibukukan Mandiri, BRI, BNI dan BTN tahun lalu naik 12,07% menjadi Rp 56
triliun. Dengan rincian, laba BRI naik 14,35% menjadi Rp 24,2 triliun, Mandiri
naik 9,34% menjadi Rp 19,9 triliun, BNI naik 19,1% menjadi Rp 10,78 triliun.
Satu-satunya bank milik pemerintah yang membukukan penurunan laba adalah BTN ,
yaitu dari 1,56 triliun menjadi 1,12 triliun atau turun 28,59%. Sementara itu
merosotnya harga komoditas seperti minyak sawit, batubara dan minyak telah
mendorong OJK untuk mengingatkan para bankir agar waspada terhadap bahaya
kredit macet. Dengan alasan, rontoknya harga komoditas-komoditas tersebut
berdampak luas terhadap perekonomian nasional. Ini karena minyak kelapa sawit
dan batubara adalah komoditas unggulan Indonesia, dan minyak masih merupakan
sumber penghasilan penting bagi pemerintah. OJK tak menginginkan apa yang
terjadi pada Kredit Usaha Rakyat (KUR) merembet ke yang lain. Kemacetan KUR
tahun lalu mencapai 4,2%, padahal batas toleransi kredit macet adalah 5%.
Kenyataan ini membuat pemerintah memangkas KUR sebanyak 30% menjadi Rp 20
trilliun pada tahun ini. Agar tak kecolongan lagi, pemerintah juga tak lagi
menggunakan BPD sebagai penyalur KUR. Sekarang hanya BRI, BNI, dan Mandiri yang
diberi kepercayaan menyalurkan KUR .
Selain kerugian yang dialami Bank terjadi juga
penurunan nilai mata uang rupiah, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika
Serikat (AS) sempat menembus Rp 13.000/US$. Ini merupakan titik terlemah sejak
17 tahun terakhir, alias sejak era krisis ekonomi 1998 (krisis
moneter/krismon). Mulai dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) hingga sejumlah
menteri menyatakan, pelemahan rupiah disebabkan oleh faktor eksternal. Terutama
karena mulai menguatnya perekonomian Amerika Serikat (AS), setelah dilanda
krisis hebat pada 2008 lalu.Kondisi ini membuat dolar AS yang menyebar di
negara-negara berkembang ‘pulang kampung’. Sehingga tak hanya rupiah, tapi
banyak mata uang di duna yang juga melemah terhadap dolar.Namun analis asing
punya pendapat lain soal pelemahan rupiah yang terjadi. Berikut rangkumannya
seperti dikutip.
1)
Akibat
Pernyataan Gubernur Bank Indonesia (BI)
Khoon Goh, Senior FX Strategy dari ANZ mengatakan,
pelemahan rupiah tidak lepas dari pernyataan Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus
Martowardojo beberapa waktu lalu. Agus sempat menyebut, bahwa tahun ini
sepertinya inflasi Indonesia terkendali. Bahkan bukan tidak mungkin. inflasi
sepanjang 2014 hanya berada di kisaran 4%.Pasar mengartikan ini sebagai sinyal,
bahwa BI akan mulai mengendurkan kebijakan moneter. Salah satunya adalah
peluang penurunan suku bunga acuan atau BI Rate.Ketika suku bunga semakin
rendah, maka investasi di Indonesia sudah kurang menggiurkan. Akibatnya terjadi
arus modal keluar (capital outflow) yang membuat rupiah melemah.“Sepertinya
bank sentral mengizinkan rupiah melemah. Ini memicu lebih banyak arus modal
keluar,” tutur Goh seperti dikutip dari CNBC.Pada 17 Februari 2015, kala BI
memangkas BI Rate dari 7,75% menjadi 7,5%, rupiah melemah sampai 0,56%.
2)
Pudarnya Jokowi
Effect
Ada faktor lain yang menyebabkan rupiah cenderung
melemah. Pelaku pasar saat ini sudah mulai rasional, dan sepertinya euforia
terpilihnya Joko Widodo (Jokowi) sebagai presiden, atau sering disebut Jokowi
Effect, sudah memudar. “Euforia atas kemenangan Presiden Joko Widodo tidak
bertahan lama,” ujar Khoon Goh, Senior FX Strategy dari ANZ. Pasca pemilihan
presiden (pilpres) 9 Juli 2014, pasar keuangan Indonesia menikmati ‘guyuran’
arus modal masuk (capital inflow). Rupiah pun menguat hingga nyaris 5% selama
periode 25 Juni hingga 23 Juli. Setelah itu, rupiah cenderung melemah karena
euforia Jokowi Effect sudah terkikis. Apalagi fundamental ekonomi Indonesia
masih perlu dibenahi, misalnya defisit transaksi berjalan yang berada di kisaran
3% dari Produk Domestik Bruto (PDB). “Jadi arus modal masuk itu tidak
berkelanjutan,” kata Goh.
3)
Dolar Bisa
Menyentuh Rp 13.250
Fundamental ekonomi Indonesia masih perlu dibenahi,
misalnya defisit transaksi berjalan yang berada di kisaran 3% dari Produk
Domestik Bruto (PDB). “Jadi arus modal masuk itu tidak berkelanjutan,” kata
Khoon Goh, Senior FX Strategy dari ANZ. Tidak hanya dari dalam negeri, rupiah
juga tertekan faktor eksternal karena dolar AS begitu ‘perkasa’ terhadap mata
uang dunia. Ini ditunjukkan dengan Dollar Index (perbandingan dolar AS dengan
mata uang utama dunia) yang mencapai titik tertinggi dalam 12 tahun terakhir.
Oleh karena itu, Goh memperkirakan rupiah masih bisa melemah lagi. Dia menilai
pada akhir tahun rupiah akan berada di posisi Rp 13.250/US$.
4)
Dollar menyentuh
Rp 14.300
Pengamat ekonomi Didik J Rachbini menilai melorotnya
nilai tukar rupiahhingga di atas
14.000 per dollar AS tak hanya disebabkan faktor eksternal tetapi juga
internal. Menurutnya, faktor internal tersebut yaitu belum dipercayainya tim
ekonomi pemerintah oleh pasar.
"Tim ekonomi pemerintahah baru yang tidak bisa
meyakinkan publik dan pasar secara khusus. Dengan tim seperti ini meskipun
pemilu berhasil dan ekonom-ekonom bilang rupiah akan kuat menjadi Rp 10.000 per dollar AS
apabila Jokowi terpilih, tetapi karena tim ekonomi tidak meyakinkan maka rupiah terus merosot," ujar Didik saat dihubungi
Kompas.com, Senin (24/8/2015).
Selain itu, respons pemerintah menjaga
stabilitas rupiah dalam satu
tahun terakhir ini juga dinilai tak maksimal. Masalahnya kata dia, lantaran
pasar sebenarnya tak memiliki kepercayaan kepada tim ekonomi pemerintah.
"Dalam waktu kurang setahun rupiah sudah merosot dari Rp 12.000 ke Rp14.000 karena
pemerintah masih belum dipercaya pasar untuk dapat meredam dampak faktor
eksternal," kata dia.
Dari sisi neraca perdagangan, pemerintah juga dinilai
tidak berhasil merespons penurunan ekspor sehingga neraca berjalan yang awalnya
surplus menjadi negatif. Menurutnya, dari situlah awal masalah dan pelelahan
nilai tukar terjadi. Sebelumnya, nilai tukar rupiah sore hari ini melemah. Meski sempat menguat,
mata uang Garuda makin tak berdaya terhadap dollar AS dan diperdagangkan di Rp
14.049 per dollar AS atau turun sebesar 0,78 persen. Menteri Keuangan Bambang
PS Brodjonegoro menyebut terpuruknya nilai tukar mata uang garuda di awal
perdagangan hari ini, Selasa (8/9/2015) yang tembus 14.300 per dollar AS akibat
ulah para spekulan. Bambang menuturkan, turunnya angka pengangguran di
Amerika Serikat (AS) telah membuat banyak pihak berspekulasi bahwa bank sentral
AS (Federal Reserve) segera akan mengerek suku bunga acuannya.
DAFTAR PUSTAKA
http://fatwarohman.blogspot.com/2013/09/perkembangan-ekonomi-keuangan-dan_16.html
http://merinaastuti.blogspot.com/2013/04/sistem-ekonomi-indonesia-pada-masa-orde_20.html
http://www.slideshare.net/LRNurH/indonesia-pada-masa-orde-baru
http://agustinadais.blogspot.com/2013/04/makalah-perekonomian-indonesia-pada.html
http://wasisriyanto2903.blogspot.com/2013/01/kebijakanekonomi-yang-diterapkan-oleh.html
http://www.slideshare.net/ismiayu/masa-pemerintahan-susilo-bambang-yudhoyono
http://merinaastuti.blogspot.com/2013/04/sistem-ekonomi-indonesia-pada-masa-orde_20.html
http://www.slideshare.net/LRNurH/indonesia-pada-masa-orde-baru
http://agustinadais.blogspot.com/2013/04/makalah-perekonomian-indonesia-pada.html
http://wasisriyanto2903.blogspot.com/2013/01/kebijakanekonomi-yang-diterapkan-oleh.html
http://www.slideshare.net/ismiayu/masa-pemerintahan-susilo-bambang-yudhoyono
2 komentar:
Penguji ..... jayachandra fadhlan
Negara ...... Indonesia
W / S ......... + 62 821-3272-6591
Facebook ..... jayachandra fadhlan
email ...... (jayachandrafadhlan@gmail.com)
Nama saya jayachandra fadhlan,
dari Indonesia Saya seorang perancang busana dan saya ingin menggunakan media ini untuk memberi tahu semua orang agar berhati-hati dalam mendapatkan pinjaman di internet, ada begitu banyak pemberi pinjaman di sini untuk mempercayai orang. Terima kasih atas hasil kerja keras Anda, saya meminta pinjaman untuk sekitar Rp900.000.000 wanita di Malaysia dan saya kehilangan sekitar 29 juta tanpa mengambil pinjaman, saya membayar hampir 29 juta tetap saya tidak mendapatkan pinjaman dan bisnis saya tentang menjadi buruk karena hutang. Ketika saya mencari perusahaan pinjaman yang dapat diandalkan, saya melihat iklan online lainnya dan nama perusahaan tersebut adalah PERUSAHAAN PINJAMAN EKSOTIK. Saya kehilangan 15 juta bersama mereka dan sampai hari ini, saya belum pernah menerima pinjaman yang saya usulkan. Teman baik saya yang disetujui oleh pinjaman juga menerima pinjaman, memperkenalkan saya ke perusahaan yang dapat dipercaya di mana MRS. KARINA bekerja sebagai manajer cabang, dan saya meminta pinjaman sebesar Rp900.000.000 dan mereka meminta kredensial saya, dan setelah itu mereka selesai meminta persetujuan saya, pinjaman yang disetujui untuk saya dan saya pikir itu hanya diperbolehkan, dan memungkinkan ini membuat saya kehilangan uang, tetapi saya terpana. Ketika saya mendapatkan pinjaman saya dalam waktu kurang dari 24 jam dengan bunga 2% tanpa jaminan. Saya sangat senang karena ALLAH menggunakan teman saya yang menghubungi mereka dan memperkenalkan saya kepada mereka dan karena saya selamat membuat bisnis saya melambung tinggi di udara dan dilikuidasi dan sekarang bisnis saya terbang tinggi di Indonesia dan tidak ada yang akan mengatakannya. membahas tentang mode perusahaan. Jadi saya membutuhkan semua orang yang tinggal di Indonesia dan negara lain membutuhkan pinjaman untuk satu tujuan atau lain untuk membeli MRS. KARINA melalui email: (karinarolandloancompany@gmail.com) atau hanya whatsapp +1(585)708-3478 .... Anda masih dapat menghubungi saya jika Anda meminta informasi lebih lanjut melalui email: (jayachandrafadhlan@gmail.com) atau whatsapp + 62 821-3272-6591, Terima kasih lagi untuk membaca kesaksian saya, dan semoga ALLAH terus memberkati kita dan memberi kita umur panjang dan kemakmuran.
Perusahaan ..... Karina Elena Roland perusahaan pinjaman
W / S .......... + 1 (585) -708-3478
Facebook .... Elena karina Roland
email ......... (karinarolandloancompany@gmail.com)
NAMA SAYA: MRS MARIA ARTIKA
NEGARA: INDONESIA
CITY: BATU MALANG JATIMMY
WHATSAPP: +62 877-4316-8500
PINJAMAN PINJAMAN: Rp350.000.000,00
EMAIL SAYA: mariaartika27@gmail.com
Saya ingin memulai dengan berterima kasih kepada Tuhan atas karunia kehidupan.
Nama saya MRS MARIA ARTIKA dan saya ingin berbagi cerita yang bagus tentang KARINA ROLAND LOAN COMPANY. Favorite, perusahaan yang layak secara finansial yang membuat hidup saya berputar.
Saya telah mengalami kesulitan keuangan selama beberapa waktu dan saya harus meminjam dari teman-teman saya karena saya berharap untuk membayar mereka kembali setelah menerima pembayaran saya.
Dan ketika menghadapi hidup saya berubah menjadi yang terburuk, saya dipecat dari pekerjaan dan saya kehilangan ibu saya beberapa bulan kemudian. Setelah ibu saya dimakamkan, teman-teman saya mulai meminta uang mereka kembali.
Tetapi kompilasi saya mengira hidup saya sudah berakhir, saya sebenarnya mencoba untuk pergi, sekarang ALLAH menggunakan teman dan tetangga saya Rini anggraeni yang membantu saya untuk menghubungi MOTHER KARINA yang mengatakan bahwa seorang teman dari Indonesia menghubungkannya ke MOTHER KARINA, jadi saya menceritakan kepada ibu cerita saya, dia meminta dokumen yang saya tunjukkan dan sebelum saya tahu itu permintaan pinjaman saya sebesar Rp350.000.000,00, sebelum itu saya meminta tiga perusahaan pinjaman online yang lebih baik untuk tidak membutuhkan bantuan positif, tetapi IBU KARINA ROLAND melalui pinjamannya perusahaan, PERUSAHAAN PINJAMAN KARINA ROLAND mengubah hidup saya dan saya telah memutuskan sebelumnya sekarang bahwa saya akan terus membagikan cerita ini sehingga warga negara saya dapat memperoleh manfaat darinya, dengan harapan dapat meminjamkan pinjaman kepada yang banjir. Proses persetujuan kredit saya telah selesai dan saya telah menerima surat persetujuan dari perusahaan yang menyetujui mengatakan ya harus memberikan bank saya. Saya menerima permintaan dari bank saya yang menyatakan bahwa rekening bank saya dikreditkan dengan jumlah pinjaman sebesar Rp350.000.000,00 yang saya minta. PERUSAHAAN PINJAMAN KARINA ROLAND adalah satu-satunya pemberi pinjaman yang nyata dan tulus di seluruh dunia, jadi jangan ragu untuk menghubungi MOTHER KARINA di saluran ini. Anda dapat menghubungi perusahaan ini melalui email atau whatsapp: karinarolandloancompany@gmail.com, whatsapp +1585 708-3478, begitulah hidup saya berubah dan saya akan terus berbagi kabar baik sehingga semua orang dapat melihat dan menghubungi perusahaan yang baik yang mengubah hidup saya .
Anda juga dapat menghubungi saya jika Anda membutuhkan bantuan saya atau Anda ingin bertanya tentang bagaimana saya mendapatkan pinjaman saya. Ini email saya: mariaartika27@gmail.com
PERUSAHAAN PINJAMAN KARINA ROLAND
WHATSAPP ONLY: +1585 708-3478
NAMA FACEBOOK: KARINA ELENA ROLAND
EMAIL: KARINAROLANDLOANCOMPANY@GMAIL.COM
Posting Komentar