Pelajaran 2
Menambah cita rasa bahasa
melalui seni berpantun.
Kegiatan 1
Pembangunan konteks dan pemodelan teks
pantun.
Tugas 4
Menginterpretasi makna teks
pantun. *Hal.87
Dalam menginterpretasikan makna teks pantun
tergantung pada pemahaman dan kecerdasan
penerjemahnya. Secara ideal, sebuah teks
pantun bersifat mengingatkan, memberi tunjuk ajar, dan memberi nasihat. Hal ini sesuai dengan ungkapan yang menyebutkan "Hakikat Pantun Menjadi Penuntun".
1)
Perhatikan ketiga bait pantun berikut ini secara
seksama.
Jikalau gelap orang
bertenun,
bukalah tingkap
lebar-lebar.
Jikalau lenyap tukang pantun,
Bila siang orang
berkebun,
hari gelap
naik ke rumah.
Bila hilang tukang
pantun,
habislah lesap
petuah amanah.
Kalau pedada tidak
berdaun,
tandanya ulat
memakan akar.
Kalau tak ada
tukang pantun,
duduk musyawarah
terasa hambar.
Ketika tidak dibacakan
pantun, bandar yang besar menjadi sunyi
senyap, tidak ada amanah, dan
musyawarah terasa hambar. Hal itu terjadi
karena di dalam pantun terdapat
tunjuk ajar. Selain itu,
dengan menggunakan pantun, kita dapat
berkomunikasi tanpa menyinggung lawan bicara. Dalam menyatakan rasa kasih sayang, benci, atau tidak suka
akan lebih
mudah jika disampaikan melalui pantun daripada diucapkan secara langsung. Menurut Poedjawijatna, menyampaikan sindiran akan lebih
mudah karena pantun dapat "
Mencubit tanpa menimbulkan rasa sakit". Tafsirlah beberapa baik teks
pantun berikut ini.
Apa guna
orang bertenun,
untuk membuat pakaian
adat.
Apa guna orang
berpantun,
untuk memberi petuah
amanat.
Apa guna orang
bertenun,
untuk membuat kain
selendang.
Apa guna orang
berpantun,
untuk memberi hukum
dan undang.
Apa guna orang
bertenun,
untuk membuat kain
dan baju.
Untuk apa orang berpantun,
untuk menimba berbagai
ilmu.
Kalau hendak berlabuh
pukat,
carilah pancang kayu
berdaun.
Kalau kurang mengetahui
adat,
carilah orang tahu
berpantun.
* Petuah : Nasihat.
Pantun yang pertama menjelaskan mengenai pentingnya berpantun sebagai bentuk penyampai nasihat, ajaran moral, dan sebagainya.
* Hukum : Peraturan atau
adat.
Pantun yang kedua
menjelaskan mengenai adat atau peraturan
yang berada di suatu daerah yang tercermin dari pantun. Digambarkan bahwa setiap benda
memiliki manfaat dan fungsi, seperti
sebuah alat tenun yang menghasilkan selendang. Kemudian fungsi pantun adalah
untuk mengetahui adat dan norma yang berlaku di seluruh wilayah.
* Menimba : Mencari, mengambil, memperoleh.
Pantun ketiga menjelaskan
mengenai tujuan orang yang berpantun adalah untuk mencari
berbagai ilmu atau pengetahuan.
Pantun yang keempat menjelaskan mengenai bagaimana cara
berintegrasi dengan aman ke dalam
suatu kaum adalah dengan mengetahui
orang yang mengetahui adat di wilayah
tersebut. Disini orang yang mengetahui
adat digambarkan dengan mengetahui pantun.
2)
Agar
kalian semakin mahir, cobalah kalian interpretasikan lagi makna teks
pantun berikut ini.
Orang Sibu menunggang
kuda,
kuda ditunggang patang
tulang.
Masih mau mengaku
muda,
padahal cucu keliling
pinggang.
Ø
Pantun tersebut menggambarkan seseorang yang tidak tahu diri, yang mengaku dirinya masih muda padahal
ia sudah
tua dan telah
memiliki banyak cucu.
Burung pipit memakan padi,
burung enggan pergi
ke hutan.
Tidak puas di dalam
hati,
kalau tidak bersama tuan.
Ø
Pantun tersebut menggambarkan tentang seseorang yang selalu merasa hampa
atau tidak puas jika tidak
bersama dengan orang yang disayanginya.
Buah cempedak di
luar pagar,
ambil galah tolong jolokkan.
Saya budak baru
belajar,
kalau salah tolong
tunjukkan.
Ø
Pantun tersebut menceritakan/menggambarkan tentang seorang anak yang baru belajar atau
belum mengerti yang baik dan buruk.
Jadi jika ia salah,
harap diberitahu.
Kayu cendana di
atas batu,
sudah diikat dibawa
pulang.
Adat dunia memang
begitu,
benda yang buruk memang
terbuang.
Ø Pantun tersebut menggambarkan
tentang seseorang di dalam dunia
ini yang tidak berguna akan
selalu melakukan tindakan yang buruk untuk orang disekitarnya
suatu saat akan tersisih, itulah dunia. Yang tidak baik disingkirkan
oleh yang lebih baik.
Orang bayang pergi
mengaji,
ke Cubadak jalan
ke Panti.
Meninggalkan sembahyang jadi
berani,
seperti badan tak
akan mati.
Ø
Pantun tersebut menggambarkan tentang seseorang yang terlalu menikmati duniawi, sehingga ibadah kepada Tuhan
yang menciptakannya saja lupa dan melupakan
bahwa kematian itu akan
didapatnya. Dia yakin bahwa ia akan hidup
abadi (bisa hidup tanpa Tuhan),
sehingga ia meninggalkan shalatnya.
1 komentar:
Sangat membantu ,thanks full
Posting Komentar